Sebelumnya mesir adalah Negara yang aman dan damai tapi kenyataan ini berubah sejak tanggal 2 Februari 2011 terjadi kerusuhan di Mesir. Ini terjadi karena rakyat merasa bosan dengan kepemimpinan Presiden Hosni Mubarak yang sudah berkuasa selama 30 tahun. Rakyat mesir merasa Hosni Mubarak sangat diktator dalam memimpin mesir. Rakyat mesir membutuhkan tokoh baru untuk memimpin mesir menjadi lebih baik.
Massa secara terus menerus menuntut agar Presiden Hosni Mubarak turun dari jabatannya.Presiden Mesir Hosni Mubarak dalam pidato televisi, mengatakan bahwa dia tidak berencana untuk mengundurkan diri. Pernyataan ini sontak membangkitkan kemarahan demonstran pro-demokrasi, yang telah mendesak pengunduran diri Mubarak selama berhari-hari.
Mubarak menyatakan bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan Mesir dalam menghadapi 17 hari protes publik. Statemen ini menimbulkan ledakan kemarahan para pengunjuk rasa di Bundaran Tahrir, Kairo, yang sebelum pidato telah menciptakan adegan dramatis sorak kegirangan, karena mereka berharap Mubarak untuk menyatakan pengunduran dirinya.
Dalam pidatonya itu, Mubarak kembali menegaskan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri dalam pemilu September mendatang. Sebagian wewenang juga akan diserahkan kepada Wakil Presiden Omar Suleiman. Lebih lanjut, ia mengakui bahwa pemerintahnya telah membuat kesalahan dan menyatakan kesedihan bagi mereka yang tewas dalam demonstrasi.
Para pengunjuk rasa melepaskan sepatu mereka dan mengacungkannya ke arah layar lebar yang disiapkan untuk pidato Mubarak. Mereka berteriak "Ganyang Mubarak, pergi, pergi!"
Sebagian demonstran langsung menyerukan pemogokan massal dan meminta tentara untuk mendukung bangsa Mesir, bukan rezim Mubarak yang ilegal. "Militer Mesir!, tentukan pilihan kalian sekarang, rezim atau rakyat," teriak mereka.
Enam kali selamat dari upaya pembunuhan dan pahlawan perang melawan Israel, Hosni Mubarak merupakan Presiden Mesir yang hebat. Namun, usia Mobarak kini sudah 82 tahun dan dia sudah terlalu lama memerintah Mesir, yang kini tengah dilanda krisis ekonomi. Dalam dua hari terakhir, bentrokan di Mesir telah menewaskan enam orang. Rakyat di Negeri Piramid itu sudah lelah diperintah Mubarak sehingga meminta dia untuk turun dari jabatan presiden yang telah dia lakoni selama 30 tahun karena sudah tidak peka lagi dengan krisis.Selain karena tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, rakyat Mesir juga telah lama merasa tertekan dengan rezim Mubarak yang mereka anggap sebagai rezim kejam dan korup. Mubarak adalah presiden ke empat Mesir yang terpilih pada tahun 1980. Dia adalah presiden terlama yang menjabat di Mesir sejak Muhammad Ali Pasha. Sebelumnya, Mubarak meniti karirnya di Angkatan Udara Mesir dari 1972 sampai 1975. Kepemimpinan Mubarak penuh dengan skandal dan penyiksaan. Menurut laporan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) AS, seperti dilansir dari Press TV, 22 Desember 2010, delapan orang tewas akibat disiksa polisi di tahanan pada 2003.“Pada 30 September, Asosiasi HAM dan Bantuan Hukum AS mengeluarkan laporan yang merinci dua kasus kematian tahanan karena penyiksaan,” ujar pernyataan Kemlu AS.
Tekanan dan penyiksaan oleh pemerintah Mesir dialamatkan kepada para aktivis politik, menurut Kemlu AS. Terutama diantaranya adalah gerakan Ikhwanul Muslimin (IM). Dilaporkan Saad Sayyed Mohammed, seorang anggota IM, dibunuh pada tahun 2003 oleh polisi Mesir. Dia dilaporkan tewas di tahanan setelah sebelumnya dituduh aktif dalam gerakan IM yang dilarang pemerintah.Menurut laporan Kemlu AS tahun 2004 yang diperoleh dari berbagai organisasi HAM, Mesir dipenuhi oleh hilangnya jurnalis dan aktivis, kekejaman dan kekerasan di tahanan, penyiksaan tanpa pengadilan, pengakuan paksa, dan pelanggaran HAM lainnya.
Menurut organisasi HAM Mesir, pada tahun 2007, terdapat 4000 orang yang ditahan tanpa melalui proses peradilan terlebih dulu. Mereka dituduh telah melakukan kejahatan politik. Sebanyak 1000 diantaranya adalah anggota IM.Karena berbagai kasus penyiksaan ini, Mubarak oleh laman Parade.com, dianugerahi posisi ke 20 dalam 20 diktator dunia saat ini.
Menurut kantor berita Rusia, Pravda, pemerintahan Mubarak telah menjual beberapa perusahaan sektor publik Mesir kepada para pengusaha yang bekerja pada putra Mubarak, Gamal Mubarak, atau kepada perusahaan asing. Komisi terbesar jatuh kepada Mubarak dan anaknya, serta pejabat-pejabat tingginya.Departemen-departemen negara juga syarat akan korupsi. Dengan memberikan jatah lebih besar kepada kepala keamanan negeri, Mubarak dapat dengan leluasa menekan para lawan politiknya dan menjejalkan kebijakan keamanannya kepada rakyat.
Mubarak juga telah mendorong Kementerian Dalam Negeri dan Intelijen untuk mengambil uang rakyat melalui perusahaan konstruksi dan jasa milik keluarganya. Dana yang diberikan oleh negara ke perusahaan-perusahaan ini bisa 20 kali lipat lebih besar daripada semestinya. Kemudian keuntungan dibagi-bagikan kepada pejabat-pejabat di kementerian dan agen-agen intelijen.Muhammad Hosni Sayyid Mubarak lahir pada 1928 di kota Al-Monofeya, Mesir utara. Selepas SMA, Mubarak bergabung dengan Akademi Militer Mesir, dia memperoleh gelar sarjana di ilmu kemiliteran. Dia kemudian melanjutkan sekolah di Akademi Angkatan Udara dan memperoleh gelar sarjana ilmu penerbangan pada tahun 1950.Sebagai anggota senior, Mubarak bertugas menjadi pilot, instruktur, pemimpin skuadron dan komandan basis. Pada tahun 1964, Mubarak ditunjuk sebagai kepala delegasi Militer Mesir untuk USSR. Tidak lama kemudian, dia menjadi Komandan basis AU bagian barat di Kairo.Sejak tahun 1967 sampai 1972, Mubarak mengepalai Akademi Angkatan Udara dan kepala staf AU. Pada akhir 1972, dia terpilih menjadi Komandan AU dan Wakil Menteri Urusan Militer. Pada 1973, dia dipromosikan menjadi Marsekal.Selama karirnya di kemiliteran, Mubarak mendapat penghargaan karena dinilai telah memajukan AU Mesir setelah dikalahkan Israel pada Perang Timur Tengah 1967. Dia juga salah seorang ahli strategi dalam Perang Yom Kippur, yang menghasilkan perjanjian damai dengan Israel dan dikembalikannya wilayah Sinai kepada Mesir.Pada tahun 1975, Mubarak kemudian diangkat menjadi wakil presiden (Wapres). Tiga tahun kemudian, dia menjadi Wakil Ketua Partai Nasional Demokrat.Setelah Presiden Anwar Sadar terbunuh pada 1981, Wapres Mubarak otomatis terpilih menjadi presiden Mesir. Dia terpilih kembali pada 1987, 1993, 1999 dan 2005. Dia adalah Presiden dengan masa jabatan terlama di Mesir sejak Mohammad Ali pada awal abad ke 19. Mubarak juga presiden dengan masa jabatan terlama di negara-negara Arab.
Menurut stasiun berita BBC, Mubarak selamat dari enam percobaan pembunuhan. Dia menikahi Suzanne Thabet dan memiliki dua anak, Alaa dan Gamal. Yang terakhir ini sering disebut sebagai pengganti yang tepat untuk ayahnya. Namun, Gamal dikabarkan sudah pergi meninggalkan Mesir di tengah kekacauan di negaranya. Keberadaan Mubarak pun tidak diungkapkan, apakah tetap bertahan di Kairo atau pindah ke tempat lain. Namun, bagi banyak kalangan di Mesir, rakyat kini lebih merasakan kepedihan ditindas rezim Mubarak ketimbang mengenang kehebatannya di masa lalu
Kerusuhan di mesir menimbulkan kerugian dalam bidang ekonomi contohnya pasar saham Mesir anjlok 17% pekan lalu. Kebanyakan pasar saham di Teluk Persia jatuh, dengan Dubai terperosok 4,3% dan Oman 3%. Pasar saham Arab Saudi berakhir sampai 2,5% setelah meluncur 6% perdagangan sebelumnya.Harga patokan berjangka minyak mentah melompat US$ 3,70, lebih dari 4% menjadi US$ 89,34 per barel pada Jumat. Pada perdagangan Asia, kontrak berjangka minyak AS diperdagangkan naik 87 sen, atau 1%, ke US$ 90,21 per barel.Perekonomian Mesir relatif kecil, dengan total produksi sekitar US$ 217 miliar tahun lalu. Tetapi negara ini sangat penting perannya, sebagai pihak yang mengontrol Terusan Suez, rute pelayaran kunci untuk minyak dan produk lain yang menghubungkan Laut Merah dan Mediterania. Ini berarti, dunia pelayaran dan pasokan energi bisa terpengaruh signifikan jika penggunaan kanal tergangguSelain minyak, sekitar 8% perdagangan dunia yang melalui laut, melewati terusan Suez. Demikian menurut data dari pemerintah Mesir. Lebih dari 35 ribu kapal melewati Suez setiap tahunnya, dengan 2.700 di antaranya kapal tanker minyak mentah. Bahkan selama akhir pekan, menjelang jam malam di seluruh negara, pengirim yang beroperasi di kanal harus memperingatkan pelanggan akan beberapa potensi penundaan.Lalu lintas kanal terus berjalan tanpa hambatan. Tetapi jika kekerasan di Mesir menyebar ke negara tetangga penghasil minyak, harga minyak bukan tidakmungkin akan mencapai US $ 100 per barrel, yang akan lembab pemulihan ekonomi mendapatkan momentum di banyak negara."Ketakutan terbesar adalah jika ada pemicu ketidakstabilan, masalah politik atau kerusuhan dengan Arab Saudi," kata Tom Kloza, analis minyak utama di Layanan Informasi Harga Minyak di Wall, New Jersey.Ekonom JP Morgan memperkirakan bahwa kenaikan 10% harga minyak, jika berkelanjutan, akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global seperempat poin persentase. Mereka mengharapkan produksi global meningkat 3,6% secara tahunan kuartal ini."Perhatian utama adalah bahwa kerusuhan sipil menyebar ke Timur Tengah dan produsen minyak Afrika Utara, menghasilkan gaung signifikan untuk harga aset finansial dan kepercayaan," kata JP Morgan dalam sebuah penelitian.Untuk AS, lonjakan harga minyak muncul ketika ekonomi sedang tumbuh, yang jika berkelanjutan, bisa menurunkan pengangguran bulan depan. Perekonomian di beberapa negara Eropa tumbuh lebih lambat bahkan kontraksi karena efek berkelanjutan dari krisis keuangan.Departemen Energi AS mengatakan, sekitar satu juta barel per hari produk minyak mentah dan olahan dikapalkan ke utara melalui Terusan Suez. Sebuah pipa terpisah di Mesir membawa 1,1 juta barel per hari antara Laut Merah dan Mediterania. Total mencapai sekitar 2% produksi minyak dunia.
Menutup Terusan Suez akan memaksa kapal mencari rute lainnya, menambahkan sekitar 10 hari untuk waktu yang diperlukan bagi minyak Timur Tengah untuk mencapai AS dan 18 hari perjalanan ke Eropa Utara. Ini saja akan mendongkrak harga minyak mentah, bahkan jika persediaan cukup di tengah tipisnya cadangan darurat di seluruh dunia.Pasar minyak nyaris tidak beranjak. Setelah melalui musim panas 2009, dimana protes antipemerintah berlangsung di Iran, salah satu produsen minyak terbesar dunia. Reaksi pasar yang berbeda menggarisbawahi gambaran pasokan dan permintaan global telah berubah dalam 18 bulan terakhir.Setelah anjlok pada 2009 selama krisis global, permintaan minyak mentah menguat beberapa bulan terakhir, seiring membaiknya kesehatan ekonomi AS dan pertumbuhan ekonomi yang cepat di China dan negara berkembang lainnya. Hal ini membuat pasar jauh lebih sensitif terhadap ancaman gangguan pasokan.Meskipun produksi minyak Mesir tidak cukup besar, negara ini adalah eksportir signifikan gas alam. Beberapa masuk melalui pipa ke negara tetangga di Timur Tengah. Tapi sebagian besar ekspor gas Mesir dikirim dalam bentuk gas alam cair superdingin, dengan kapal tanker menuju pasar AS dan Asia.Sejauh ini, operasi di lapangan minyak dan gas tampaknya tidak terpengaruh kerusuhan. Tetapi perusahaan-perusahaan minyak internasional telah menutup kantor mereka di Kairo. Petugas keamanan Royal Dutch Shell PLC mengatakan, beberapa staf asing telah meninggalkan negara.Mesir juga adalah pembeli gandum terbesar dunia dan eksportir kapas yang signifikan. Pada Jumat akhir pekan lalu, harga gandum berjangka turun lebih dari 2% di Chicago atas kekhawatiran bahwa perubahan rezim di Kairo bisa menekan kemampuan Mesir membayar gandum.Pembeli gandum resmi pemerintah mengatakan tidak punya rencana mengubah permintaan. Harga gandum lebih rendah akan merugikan petani AS, namun menguntungkan konsumen global yang sudah terkena kenaikan harga pangan. Harga kapas, bagaimanapun, dapat naik jika ekspor Mesir diatasi dengan keamanan dan jam malam. Harga kapas global sudah mencapai tingkat tertinggi dalam satu abad setengah.Mesir juga salah satu pasar finansial global di kawasan, yang membuat saham di negara tersebut populer di kalangan investor pasar berkembang. "Investor emerging market, jika mereka mengacu ke Mesir, tentu akan terkena imbas kekacauan ini," kata Eiji Aono, kepala riset NCB Capital, perusahaan investasi yang berbasis di Riyadh.
Dalam beberapa tahun terakhir, Mesir melihat lonjakan investasi langsung asing, dimana pemerintah, dengan bantuan Dana Moneter Internasional, mengganti perusahaan milik negara untuk mengontrol swasta dan mengadopsi kebijakan yang berorientasi pasar lainnya.Ekonomi Mesir tumbuh 5% sampai 7% per tahun selama beberapa tahun terakhir, sebagian karena daya tariknya bagi investor luar. Namun pertumbuhan melambat sejak krisis finansial global dan bangsa tetap dicekam pengangguran kronis di kalangan pemuda, serta kesenjangan kekayaan.Samer Shehata, profesor politik Arab di Universitas Georgetown mengatakan, pertumbuhan baru-baru ini tidak adil regional dalam hal populasi. "Pertumbuhan ini datang dengan harga yang sangat tinggi, yang mencatat tingkat inflasi yang tinggi secara konsisten. Untuk masyarakat Mesir biasa, hal telah memburuk, tidak lebih baik, dalam lima tahun terakhir